Total Tayangan Halaman

Senin, 30 Juli 2018

Resensi RADAR SAMPIT 29 Juli 2018


MUHAMMAD DAN AL QUR’AN: ANTARA SEJARAH DAN TAFSIR
oleh: Mahmudi*

Judul           : Sejarah Kenabian dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat Darwazah
Penulis        : Aksin Wijaya
Penerbit       : Mizan, Bandung
Terbitan      : Tahun 2016
Tebal           : 552 halaman
ISBN           : 978-979-433-959-6
Peresensi     : Mahmudi*

Penelitian tentang kenabian Muhammad memang telah banyak dilakukan. Namun, penelitian dengan menggunakan pendekatan sejarah dan tafsir tak banyak dilakukan. Disinilah terjadi dua kubu ekstrim dalam meneliti nabi. Yang pertama terlalu menyanjung nabi sedangkan yang kedua, meneliti untuk mengorek aspek negatif nabi. Yang pertama banyak dilakukan oleh kalangan ilmuan Islam seperti ahli tafsir, sementara yang kedua dilakukan oleh para orientalis yang selalu abai terhadap aspek mukjizat nabi. Diantara yang melakukan penelitian dengan pendekatan sejarah adalah Teodore Noldeke yang karyanya telah diterjemah menjadi Tarikh al Qur’an dan Montgomery Watt dengan karyanya Muhammad fi Makkah Muhammad fi Madinah.

Disinilah Aksin Wijaya melakukan penelitian dengan berusaha memadukan antara kaum orientalis dan kalangan ahli tafsir. Aksin Wijaya adalah doktor alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia lahir di Sumenep pada  1 Juli 1974. Penelitiannya sangat mendalam terkait kenabian. Selain itu, Aksin juga alumnus Ponpes Annuqayah Guluk-Guluk Madura. Berangkat dari Ponpes Annuqayahlah ia ditempa untuk selalu menulis. Disamping kehidupannya yang sederhana, ia banyak melahirkan karya berkualitas, dibuktikan dengan keseriusannya dalam melakukan penelitian. Jika kita baca pengantar dari buku ini, ditemukan bahwa ia bolak-balik dari satu tempat ke tempat lain demi mendapatkan buku referensi yang ia cari. Penelitian ini dilakukan di Maroko. Aksin bolak-balik mencari buku referensi primer tanpa putus asa.
Buku yang ditulis Aksin ini membahas tentang sejarah kenabian dalam perspektif pemikir  Muhammad Izzat Darwazah. Buku ini tidak biasa. Buku ini memiliki perspektif yang berbeda. Buku ini membahas sejarah kenabian Muhmmad dengan memotret tiga dimensi: sejarah pra kenabian Muhammad, Muhamad secara pribadi, dan era kenabian Muhammad. (hal. 11). Awalnya, dalam penelitiannya Aksin mencoba mengkritik Darwazah, tokoh yang pemikirannya ia teliti.  Namun setelah mengetahui bahwa pemikiran Darwazah jarang diteliti orang, ia merubah dari yang asalnya kritik ke deskripsi. ( hal. 8)
Dengan piawai, Aksin menganalisis pemikiran Darwazah melalui pemetaan sejarah kenabian. Dalam buku ini didapati pemikir Islam yang berusaha meneliti sejarah nabi, diantaranya Abid al Jabiri dan Ibnu Qarnas. Aksin memperlihatkan kelemahan dari Abid al Jabiri. Ia menambahkan dengan hanya mendeskripsikan Darwazah. Seperti diketahui bahwa Darwazah jarang diteliti orang.
Memotret sejarah kenabian Muhammad dengan tiga dimensi tersebut sangat penting dilakukan. Melalui analisis pra kenabian, akan ditemukan bahwa al Qu’an selalu cocok dengan karakter Muhammad di era ia sebelum menjadi nabi. Misal, dulu sebelum era Muhammad, ada kesenjangan sosial yang tajam antara si kaya dan si miskin. Adanya Muhammad tentu menjadi ancaman bagi realitas sosial tersebut. Disamping itu, ditemukan pula al Qur’an selalu menegur nabi di waktu ia menjadi nabi, bila didapati perbuatannya ternyata salah. Begitu pula di dalam al Qur’an selalu dijelaskan sifat dan karakter nabi yang baik. Terdapat kira-kira 70 kata dan derivasinya terkait wahyu. (hal. 81), Selain itu, bahasa al Qur’an, kisah-kisah dalam al Qur’an, serta malaikat dan jin dalam al Qur’an turut menjadi bukti hubungan logis dan faktual antara nabi Muhammad dan al Qur’an.
Al Qur’an tidak mungkin turun melalui ruang kosong dan hampa. Namun, al Qur’an turun berangkat dari dialektika kehidupan nabi. Ketika nabi dihadapi dengan berbagai persoalan, terkadang disitulah wahyu turun. Inilah keunikan Darwazah dalam menafsir sejarah kenabian Muhammad melalui al Qur’an. Darwazah sendiri merupakan sejarawan yang ahli tafsir.
Aksin memudahkan pembaca untuk mengikuti logika berpikir yang ada dalam buku ini. Walau buku ini termasuk buku berat, namun pembaca dibuat nyaman dengan pemetaan-pemetaannya. Aksin meniru metode pembacaan pemikiran yang dibuat Amin Abdullah, pakar Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga.

Dalam buku ini disajikan data-data tabel halaman 519 yang menunjukkan keseriusan penulisnya di dalam belantara ‘hutan’ penelitian. Buku ini juga dilengkapi dengan glosarium dan indeks. Namun diantara kelemahan buku ini, menurut saya, tidak memberikan ruang untuk kritik terhadap Darwazah. Padahal, di dalam sebuah pemikiran, bentuk kritik adalah suatu keniscayaan.Terlepas dari itu semua, Aksin telah memberikan kontribusi yang nyata terkait perkembangan ilmu Tafsir di nusantara. Kita layak membaca buku setebal 552 halaman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar