MUHAMMAD DAN AL QUR’AN: ANTARA SEJARAH DAN TAFSIR
oleh: Mahmudi*
Judul : Sejarah Kenabian dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat Darwazah
Penulis : Aksin Wijaya
Penerbit : Mizan, Bandung
Terbitan : Tahun 2016
Tebal : 552 halaman
ISBN : 978-979-433-959-6
Penulis : Aksin Wijaya
Penerbit : Mizan, Bandung
Terbitan : Tahun 2016
Tebal : 552 halaman
ISBN : 978-979-433-959-6
Peresensi : Mahmudi*
Penelitian
tentang kenabian Muhammad memang telah banyak dilakukan. Namun, penelitian
dengan menggunakan pendekatan sejarah dan tafsir tak banyak dilakukan.
Disinilah terjadi dua kubu ekstrim dalam meneliti nabi. Yang pertama terlalu
menyanjung nabi sedangkan yang kedua, meneliti untuk mengorek aspek negatif
nabi. Yang pertama banyak dilakukan oleh kalangan ilmuan Islam seperti ahli
tafsir, sementara yang kedua dilakukan oleh para orientalis yang selalu abai
terhadap aspek mukjizat nabi. Diantara yang melakukan penelitian dengan
pendekatan sejarah adalah Teodore Noldeke yang karyanya telah diterjemah
menjadi Tarikh al Qur’an dan
Montgomery Watt dengan karyanya Muhammad
fi Makkah Muhammad fi Madinah.
Disinilah
Aksin Wijaya melakukan penelitian dengan berusaha memadukan antara kaum
orientalis dan kalangan ahli tafsir. Aksin Wijaya adalah doktor alumnus UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia lahir di Sumenep pada 1 Juli 1974. Penelitiannya sangat mendalam
terkait kenabian. Selain itu, Aksin juga alumnus Ponpes Annuqayah Guluk-Guluk
Madura. Berangkat dari Ponpes Annuqayahlah
ia ditempa untuk selalu menulis. Disamping kehidupannya yang sederhana, ia
banyak melahirkan karya berkualitas, dibuktikan dengan keseriusannya dalam
melakukan penelitian. Jika kita baca pengantar dari buku ini, ditemukan bahwa
ia bolak-balik dari satu tempat ke tempat lain demi mendapatkan buku referensi
yang ia cari. Penelitian ini dilakukan di Maroko. Aksin bolak-balik mencari
buku referensi primer tanpa putus asa.
Buku
yang ditulis Aksin ini membahas tentang sejarah kenabian dalam perspektif
pemikir Muhammad Izzat Darwazah. Buku
ini tidak biasa. Buku ini memiliki perspektif yang berbeda. Buku ini membahas sejarah
kenabian Muhmmad dengan memotret tiga dimensi: sejarah pra kenabian Muhammad, Muhamad
secara pribadi, dan era kenabian Muhammad. (hal. 11). Awalnya, dalam
penelitiannya Aksin mencoba mengkritik Darwazah, tokoh yang pemikirannya ia
teliti. Namun setelah mengetahui bahwa
pemikiran Darwazah jarang diteliti orang, ia merubah dari yang asalnya kritik ke deskripsi. ( hal. 8)
Dengan
piawai, Aksin menganalisis pemikiran Darwazah melalui pemetaan sejarah
kenabian. Dalam buku ini didapati pemikir Islam yang berusaha meneliti sejarah
nabi, diantaranya Abid al Jabiri dan Ibnu Qarnas. Aksin memperlihatkan
kelemahan dari Abid al Jabiri. Ia menambahkan dengan hanya mendeskripsikan
Darwazah. Seperti diketahui bahwa Darwazah jarang diteliti orang.
Memotret
sejarah kenabian Muhammad dengan tiga dimensi tersebut sangat penting
dilakukan. Melalui analisis pra kenabian, akan ditemukan bahwa al Qu’an selalu
cocok dengan karakter Muhammad di era ia sebelum menjadi nabi. Misal, dulu sebelum
era Muhammad, ada kesenjangan sosial yang tajam antara si kaya dan si miskin.
Adanya Muhammad tentu menjadi ancaman bagi realitas sosial tersebut. Disamping
itu, ditemukan pula al Qur’an selalu menegur nabi di waktu ia menjadi nabi,
bila didapati perbuatannya ternyata salah. Begitu pula di dalam al Qur’an
selalu dijelaskan sifat dan karakter nabi yang baik. Terdapat kira-kira 70 kata
dan derivasinya terkait wahyu. (hal. 81), Selain itu, bahasa al Qur’an,
kisah-kisah dalam al Qur’an, serta malaikat dan jin dalam al Qur’an turut
menjadi bukti hubungan logis dan faktual antara nabi Muhammad dan al Qur’an.
Al
Qur’an tidak mungkin turun melalui ruang kosong dan hampa. Namun, al Qur’an
turun berangkat dari dialektika kehidupan nabi. Ketika nabi dihadapi dengan
berbagai persoalan, terkadang disitulah wahyu turun. Inilah keunikan Darwazah
dalam menafsir sejarah kenabian Muhammad melalui al Qur’an. Darwazah sendiri
merupakan sejarawan yang ahli tafsir.
Aksin
memudahkan pembaca untuk mengikuti logika berpikir yang ada dalam buku ini.
Walau buku ini termasuk buku berat, namun pembaca dibuat nyaman dengan
pemetaan-pemetaannya. Aksin meniru metode pembacaan pemikiran yang dibuat Amin
Abdullah, pakar Islamic Studies UIN
Sunan Kalijaga.
Dalam
buku ini disajikan data-data tabel halaman 519 yang menunjukkan keseriusan
penulisnya di dalam belantara ‘hutan’ penelitian. Buku ini juga dilengkapi
dengan glosarium dan indeks. Namun diantara kelemahan buku ini, menurut saya,
tidak memberikan ruang untuk kritik terhadap Darwazah. Padahal, di dalam sebuah
pemikiran, bentuk kritik adalah suatu keniscayaan.Terlepas dari itu semua,
Aksin telah memberikan kontribusi yang nyata terkait perkembangan ilmu Tafsir
di nusantara. Kita layak membaca buku setebal 552 halaman ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar