Total Tayangan Halaman

Minggu, 25 Februari 2024

Resensi Buku di Sindo News, 26 Februari 2024

 



OTORITAS AGAMA: ANTARA NORMATIF DAN HISTORIS

Judul buku      : What Is Religious Authority? Menyemai Sunnah, Merangkai Jamaah

Penulis            : Ismail Fajrie Alatas 

Penerbit           : Mizan

Cetakan           : Januari 2024

Tebal               : 338 halaman 

ISBN               : 978-602-441-331-6 

Peresensi         : Mahmudi*

 

Banyak orang beranggapan bahwa otoritas agama itu statis dan ahistoris. Seakan-akan ia adalah bersifat absolut dan paten. Tidak bisa berubah dan apabila diibaratkan penggaris, maka sejarah zaman harus mengikuti otoritas agama pada tokoh tertentu. Pemikiran otoritas agama yang seperti ini dikritik oleh Fajrie Alatas sebagaimana tertuang dalam buku ini. Penulis menawarkan cara melihat realitas sosial kemasyarakatan dengan kacamata sosiologis dan antropologis. 

Selasa, 13 September 2022

Majalah Fajar Agustus 2022

 

MUDAH MENELITI DENGAN METODE KUALITATIF

Judul buku : Analisis Data Penelitian Kualitatif
Penulis : Samiaji Sarosa 
Penerbit : Kanisius
Cetakan : November, 2021
Tebal : 180 halaman 
ISBN : 978-979-21-7060-3 
Peresensi : Mahmudi*

Dalam penelitian dikenal dua mazhab yang saling melengkapi; metode kualitatif dan kuantitatif. Apabila data yang diteliti adalah bersifat non-numerik, maka biasanya dikaitkan dengan pendekatan kualitatif. Sementara data yang bersifat numerik dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif dan statistik.

Jumat, 02 September 2022

Koran Sindo, 3 September 2022


URGENSI BERAGAMA UNIVERSAL ERA 5.O


Judul buku       : Islam Praksis: Keberislaman yang Aqli, Naqli, dan Tarikhi
Penulis : Ayang Utriza Yakin
Penerbit : Ircisod
Cetakan : September, 2022 
Tebal : 220 halaman 
ISBN : 978-623-5348-14-8
Peresensi : Mahmudi*


Era 5.0 yang ditandai dengan digitalisasi dari semua sektor menantang kehidupan beragama kita. Era ditigal memberikan banyak kemudahan teknologi bagi manusia sehingga secara integral, beragama menjadi semakin kompleks. Dahulu orang beragama ditandai dengan sikap komunalistik namun sekarang beragama bisa dengan duduk manis di rumah sambil melayari laptop. Ini merupakan tantangan terbesar beragama abad ini.

Senin, 13 Juni 2022

Jurnal Suhuf edisi Desember 2021

 

 

Pemahaman terhadap teks Al-Qur’an mengalami perkembangan yang signifikan. Mulai dari era formatif, afirmatif, bahkan sampai pada reformatif yang ditandai dengan subjektivitas yang luar biasa terhadap teks Al-Qur’an (Mustaqim 2010: 51). Era formatif dapat disebut juga dengan generasi salaf yang berpatokan kuat kepada Nabi, sahabat, dan tabi’in. Sementara pada era afirmatif, tafsir lebih bersifat konservatif dan ideologis. Ciri dari era reformatif adalah corak tafsir kontemporer yang sedikitnya banyak mengkritik dan bahkan mendistorsi pemahaman konvensional (Affani 2019: 217). 

Jumat, 01 Oktober 2021

Koran Sindo, Sabtu 2 Oktober 2021


 EKSISTENSI MANUSIA DI ERA DIGITAL


Judul buku : Aku Klik Maka Aku Ada: Manusia dalam Revolusi Digital

Penulis : F. Budi Hardiman

Penerbit : Kanisius

Cetakan : 2021

Tebal : 279 halaman 

ISBN : 978-979-21-7039-9 

Peresensi : Mahmudi*


Persoalan eksistensi manusia di era digital 5.0 menarik untuk diperbincangkan. Eksistensi manusia tergerus dalam digitalisasi mesin yang mencengkram peradaban. Terdapat dualisme; memilih menjadi manusia otentik atau terbawa arus digitalisasi dimana manusia menjadi budak mesin.

Minggu, 14 Maret 2021

Kompasiana.com, 15 Maret 2021

REVITALISASI MAKNA ISRA’ MIKRAJ

Isra Mikraj merupakan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad di mana hal itu merupakan perjalanan dari dunia menuju alam langit yaitu langit ke tujuh selepas sidratul muntaha. Isra mikraj merupakan hadiah yang diberikan Allah kepada nabi, sebab sebelum itu nabi mengalami kesedihan yang sangat sebab ditinggal istri dan sanak familinya.

Sabtu, 11 Juli 2020

Alif.id 12 Juli 2020

MERAJUT KESATUAN DI TENGAH WABAH COVID-19
Oleh: Mahmudi
Wabah covid 19 telah menggejala di dunia termasuk Indonesia. Pemerintah sempat mengatasi wabah ini dengan mengajukan social distancing, yaitu menjaga jarak satu sama lain sekitar 1 meter atau 2 meter. Hal ini sebagai antisipasi menyebarnya virus ke berbagai daerah. Sedangkan negara lain ada yang memberlakukan lockdown. Hal itu terbilang efektif, utamanya China sebagai negara yang pertama kali dikena wabah ini.